Sejarah Suku Dayak

Sejarah suku Dayak adalah sejarah yang panjang dan menarik. Suku Dayak adalah suku bangsa atau kelompok etnik yang mendiami pedalaman Pulau Kalimantan. Kata “Dayak” berasal dari kata “daya” yang berarti hulu atau atas, karena mereka biasanya tinggal di daerah hulu sungai di pedalaman.

Menurut beberapa sumber, nenek moyang suku Dayak berasal dari bangsa Austronesia yang berasal dari Yunan, Cina Selatan, yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 3000 SM. Mereka menempuh dua jalur, satu melalui Vietnam, Malaysia, Sumatera dan berakhir di Kalimantan Tengah dan Selatan. Jalur lain melalui Hainan, Taiwan, Filipina dan melintasi Laut Cina Selatan hingga mencapai Kalimantan Barat, Utara dan Timur. Perbedaan jalur ini mengakibatkan terbentuknya beragam kebudayaan yang dipengaruhi oleh budaya di masing-masing daerah singgahan.

Suku Dayak terdiri dari ratusan sub etnis yang memiliki perbedaan adat istiadat, bahasa dan kebiasaan². Ada yang membagi suku Dayak menjadi enam rumpun, yaitu Kenya, Kayan, Bahau, Ot Danum, Iban, Klemantan, Dayak Moerot; dan Poenan. Ada juga yang membagi suku Dayak menjadi tujuh kelompok, yaitu Ngaju, Apukayan, Iban, Klemantan (Dayak darat), Murut, Punan dan Danun.

Suku Dayak memiliki ciri khas dalam rumah adat, pakaian adat, senjata, bahasa, kesenian, tato dan tradisi. Rumah adat suku Dayak biasanya berbentuk panggung yang disebut rumah betang atau rumah panjang. Pakaian adat suku Dayak biasanya terbuat dari kain tenun yang berwarna-warni dan dihiasi dengan manik-manik dan bulu burung. Senjata suku Dayak yang terkenal adalah mandau (parang), talawang (perisai), dan sumpit (senapan angin).

Bahasa suku Dayak tergolong dalam rumpun bahasa Austronesia yang memiliki banyak dialek. Kesenian suku Dayak meliputi alat musik seperti sape (kecapi), gandang (gendang), gong garantung (gong), gamang (rebana), entebong (seruling), kalali (terompet), tote (gendang bambu), kaledik (kerincing); tarian adat seperti tari kinyah mandau, tari ajat temuai datai, tari hudoq, lagu adat seperti lagu nyanyian pengantin.

Tato suku Dayak adalah simbol identitas dan status sosial yang dibuat dengan cara menyuntikkan tinta ke kulit dengan jarum bambu. Tradisi suku Dayak antara lain tradisi penguburan yang dilakukan dalam dua tahap; mangkok merah yang merupakan ritual pemberian nama bayi; upacara tiwah yang merupakan upacara penghormatan kepada arwah leluhur; mengayau yang merupakan tradisi memenggal kepala musuh, sistem medis tradisional yang menggunakan ramuan herbal; telingaan aaruu yang merupakan tradisi memanjangkan telinga.

Suku Dayak mayoritas beragama Kristen (Katolik dan Protestan), namun ada juga yang beragama Islam, Buddha atau Kaharingan (kepercayaan asli suku Dayak)². Suku Dayak memiliki panglima atau pemimpin adat yang disebut dengan berbagai nama seperti temenggung, patih atau raja. Mata pencaharian suku Dayak umumnya adalah bertani ladang berpindah.

Kesenian suku Dayak yang bisa ditonton antara lain adalah

  • Tato suku Dayak adalah simbol identitas dan status sosial yang dibuat dengan cara menyuntikkan tinta ke kulit dengan jarum bambu. Tradisi suku Dayak antara lain tradisi penguburan yang dilakukan dalam dua tahap; mangkok merah yang merupakan ritual pemberian nama bayi, upacara tiwah yang merupakan upacara penghormatan kepada arwah leluhur; mengayau yang merupakan tradisi memenggal kepala musuh; sistem medis tradisional yang menggunakan ramuan herbal, telingaan aaruu yang merupakan tradisi memanjangkan telinga.
  • Tarian adat, seperti tari kinyah mandau yang menampilkan keberanian dan kelincahan para pejuang suku Dayak Kenyah; tari ajat temuai datai yang menampilkan kegembiraan dan kerjasama masyarakat suku Dayak Iban dalam menyambut tamu; tari hudoq yang menampilkan ritual kesuburan dan panen raya masyarakat suku Dayak Bahau.
  • Alat musik, seperti sape yang merupakan kecapi berdawai empat atau lima yang dimainkan dengan cara dipetik; gandang yang merupakan gendang berbentuk silinder yang dimainkan dengan cara dipukul,gong garantung yang merupakan gong berukuran besar yang dimainkan dengan cara digantung dan dipukul, gamang yang merupakan rebana berukuran besar yang dimainkan dengan cara dipukul, entebong yang merupakan seruling bambu yang dimainkan dengan cara ditiup; kalali yang merupakan terompet bambu yang dimainkan dengan cara ditiup, tote yang merupakan gendang bambu yang dimainkan dengan cara dipukul; kaledik yang merupakan kerincing bambu yang dimainkan dengan cara digerakkan.
  • Lagu adat, seperti lagu nyanyian pengantin yang merupakan lagu pujian dan doa untuk mempelai suku Dayak Ngaju; lagu bungai nuing yang merupakan lagu cinta dan kerinduan suku Dayak Iban; lagu londoh benuaq yang merupakan lagu perjuangan dan patriotisme suku Dayak Benuaq.

Ada beberapa tempat yang bisa kamu kunjungi untuk melihat pertunjukan kesenian suku Dayak, antara lain

  • Museum Balanga di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Di sini kamu bisa melihat berbagai koleksi benda-benda budaya suku Dayak, seperti pakaian adat, senjata, alat musik, kerajinan dan lain-lain. Kamu juga bisa menyaksikan pertunjukan tari dan musik suku Dayak yang diadakan secara rutin.
  • Taman Budaya Kalimantan Tengah di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Di sini kamu bisa melihat berbagai fasilitas yang mendukung pengembangan dan pelestarian kesenian suku Dayak, seperti gedung pertunjukan, studio seni, galeri seni, perpustakaan dan lain-lain. Kamu juga bisa menyaksikan berbagai acara kesenian suku Dayak yang diadakan secara berkala.
  • Festival Budaya Isen Mulang di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Ini adalah festival budaya tahunan yang menampilkan berbagai kesenian suku Dayak dari seluruh Kalimantan Tengah, seperti tari, musik, teater, sastra, kuliner dan lain-lain. Festival ini biasanya diadakan pada bulan Mei setiap tahunnya.
  • Festival Budaya Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat. Ini adalah festival budaya tahunan yang menampilkan berbagai kesenian suku Dayak dari seluruh Kalimantan Barat, seperti tari, musik, seni rupa, seni ukir, seni tato dan lain-lain. Festival ini biasanya diadakan pada bulan Juni setiap tahunnya.

Untuk mengikuti festival budaya suku Dayak, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain

  • Harus berusia minimal 17 tahun dan maksimal 35 tahun.
  • Harus memiliki keturunan atau keterkaitan dengan suku Dayak.
  • Harus memiliki minat dan bakat dalam bidang seni dan budaya suku Dayak.
  • Harus bersedia mengikuti lokakarya dan bimbingan yang diselenggarakan oleh panitia festival.
  • Harus mengirimkan karya seni atau budaya suku Dayak yang sesuai dengan tema dan kriteria festival.
  • Harus bersedia mematuhi peraturan dan etika yang berlaku selama festival.

Festival budaya suku Dayak biasanya diadakan setiap tahun di berbagai daerah di Kalimantan, seperti Palangka Raya, Pontianak, Banjarmasin dan lain-lain. Beberapa contoh festival budaya suku Dayak yang terkenal adalah Festival Budaya Isen Mulang, Festival Budaya Dayak, Festival Lewu Dayak dan Festival Adat Pemuda Dayak. Di sana kamu bisa menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian suku Dayak yang menarik dan mengagumkan.

Mistis suku dayak yang masih kental dan di percaya oleh kalangan masyarakat

Mistis suku Dayak adalah istilah yang mengacu pada berbagai kepercayaan, ritual, praktik dan fenomena yang berkaitan dengan hal-hal gaib, supranatural atau magis yang dimiliki oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Mistis suku Dayak mencerminkan kearifan lokal, tradisi lisan, dan hubungan erat dengan alam dan leluhur yang menjadi bagian dari budaya suku Dayak¹. Beberapa aspek mistis suku Dayak yang sering diketahui oleh masyarakat antara lain:

  • Penunggu. Penunggu adalah makhluk astral yang dipercaya menempati suatu tempat tertentu, seperti hutan, sungai, gunung, rumah adat dan lain-lain. Penunggu bisa berupa roh leluhur, roh binatang, roh tumbuhan atau roh jahat. Penunggu bisa memberikan perlindungan, berkah atau malapetaka bagi manusia yang berinteraksi dengan mereka.
  • Mariaban. Mariaban adalah sosok siluman yang dipercaya suka menyantap darah manusia yang masuk ke wilayahnya di hutan Kalimantan. Mariaban bisa menyerupai manusia namun memiliki tubuh yang ditumbuhi bulu-bulu. Bulu-bulu Mariaban sering diburu oleh orang Dayak untuk dijadikan bahan pembuat bulu perindu, yaitu benda mistis yang bisa memikat hati wanita.
  • Santet. Santet adalah ilmu gaib yang digunakan untuk menyakiti atau membunuh musuh dengan cara mengirimkan energi negatif atau makhluk halus ke tubuh korban. Santet bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan benda-benda tertentu (misalnya jarum, kain kafan, tulang), menggunakan mantra-mantra tertentu (misalnya manajah antang), atau menggunakan jasa dukun atau pawang.
  • Tato adalah seni menghias kulit dengan cara menyuntikkan tinta ke dalam lapisan kulit. Tato bagi suku Dayak bukan sekadar hiasan, namun juga memiliki makna mistis dan simbolis. Tato bisa menunjukkan identitas, status sosial, sejarah hidup atau perlindungan gaib bagi pemiliknya. Tato juga bisa menjadi media komunikasi dengan roh leluhur atau alam.
  • Upacara adat adalah ritual yang dilakukan oleh suku Dayak untuk memperingati atau merayakan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan mereka, seperti kelahiran, kematian, panen raya, perang atau perdamaian. Upacara adat biasanya melibatkan unsur-unsur mistis, seperti doa-doa, sesaji, tarian-tarian, alat musik atau persembahan kepada roh-roh.

Mistis suku Dayak merupakan salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan dan dihormati sebagai bagian dari kekayaan dan keragaman Indonesia.

Panglima Burung adalah seorang tokoh mitos yang legendaris yang dipercaya sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak di Kalimantan.

Panglima Burung memiliki beberapa ciri khas

  • Tempat tinggal. Panglima Burung dipercaya telah mendiami pedalaman hutan Kalimantan sejak beratus-ratus tahun lalu dan mengawasi seluruh kehidupan Suku Dayak. Ia tinggal di daerah gaib yang tidak bisa dijangkau oleh manusia biasa.
  • Penampilan. Panglima Burung digambarkan sebagai sosok yang kuat meski terlihat tua. Ia memiliki tubuh yang kekar dan berotot, wajah yang tegas dan berjanggut, serta rambut yang panjang dan ikal. Ia mengenakan pakaian adat Suku Dayak yang terbuat dari kulit binatang dan kain tenun, serta menghiasi tubuhnya dengan tato dan perhiasan.
  • Kekuatan. Panglima Burung memiliki kekuatan gaib yang luar biasa. Ia bisa berubah wujud menjadi burung enggang atau binatang lain, bisa terbang atau melompat jauh, bisa menghilang atau muncul secara tiba-tiba, bisa merasuki atau mengendalikan seseorang, serta bisa memanggil atau mengusir makhluk halus. Ia juga mahir dalam menggunakan senjata tradisional Suku Dayak, seperti mandau (parang), sumpit (senapan angin), tombak dan busur panah.
  • Sifat. Panglima Burung memiliki sifat dan karakter sebagai “Orang Dayak Sejati”, yaitu cinta damai, mengalah, suka menolong, pemalu, sederhana, tapi akan berubah kejam dan gagah berani ketika posisi mereka terancam. Ia juga sangat setia dan hormat kepada leluhur, adat istiadat, dan alam.
  • Peran. Panglima Burung berperan sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak. Ia akan turun sewaktu-waktu dalam bentuk seutuhnya atau merasuki seseorang untuk menolong apabila Suku Dayak sedang dalam posisi terancam, teraniaya, atau hendak melakukan peperangan. Ia juga akan memberikan petunjuk atau nasihat kepada para pemimpin adat atau tetua suku.

Panglima Burung mencuat nama dan sebutannya ketika terjadi Kerusuhan Sampit dan Kerusuhan Sambas pada tahun 1999-2001. Saat itu, banyak orang Dayak yang mengaku melihat atau merasakan kehadiran Panglima Burung yang membantu mereka melawan orang Madura.

Tradisi suku Dayak adalah berbagai kebiasaan, adat istiadat, dan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak di Kalimantan. Tradisi suku Dayak mencerminkan kearifan lokal, nilai-nilai sosial, dan hubungan harmonis dengan alam dan leluhur yang menjadi bagian dari budaya Suku Dayak

Beberapa contoh tradisi suku Dayak antara lain

  • Tradisi kuping panjang. Tradisi ini adalah memanjangkan daun telinga dengan menggunakan logam sebagai pemberat yang dipasang di bawah telinga. Tradisi ini menandakan tingkat kebangsawanan, kecantikan, atau kesabaran bagi masyarakat Suku Dayak, khususnya di Kalimantan Timur.
  • Tradisi tato. Tradisi ini adalah menghias kulit dengan cara menyuntikkan tinta ke dalam lapisan kulit. Tato bagi Suku Dayak bukan sekadar hiasan, namun juga memiliki makna simbolis, spiritual, atau sosial. Tato bisa menunjukkan identitas, status, sejarah hidup, atau perlindungan gaib bagi pemiliknya.
  • Tradisi ngayau. Tradisi ini adalah perburuan kepala musuh yang dilakukan oleh para pejuang Suku Dayak dalam peperangan. Tradisi ini bertujuan untuk menunjukkan keberanian, kekuatan, atau kesetiaan kepada suku. Kepala musuh yang berhasil dibawa pulang dianggap sebagai trofi atau sesaji bagi roh leluhur.
  • Tradisi tiwah. Tradisi ini adalah upacara penguburan ulang jenazah yang dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Tradisi ini bertujuan untuk mengantar roh orang mati menuju lewu liau (alam baka) dengan cara membakar tulang belulang yang telah dikumpulkan dalam peti mati. Upacara ini biasanya dilakukan setelah beberapa tahun kematian dan melibatkan banyak biaya dan persiapan.
  • Tradisi eroh. Tradisi ini adalah upacara pemberian nama kepada bayi yang dilakukan oleh Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Utara. Tradisi ini bertujuan untuk memberikan identitas dan harapan kepada bayi yang baru lahir. Nama yang diberikan biasanya berasal dari nama leluhur atau nama binatang yang memiliki makna tertentu.
  • Tradisi gawai dayak. Tradisi ini adalah festival budaya tahunan yang menampilkan berbagai kesenian dan kebudayaan Suku Dayak dari seluruh Kalimantan. Tradisi ini bertujuan untuk merayakan panen raya, mempererat persaudaraan, dan melestarikan warisan leluhur. Festival ini biasanya diadakan pada bulan Juni dan melibatkan berbagai acara seperti tari-tarian, musik-musik, seni rupa, seni ukir, seni tato, dan lain-lain.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *